DETIKINDONESIA, JAKARTA- Hari-hari di tengah lockdown (alias PPKM), mall, toko-toko, restoran yang tutup, dan jeritan teman-teman pengusaha, terdengar berita menggembirakan (Screenshoot dari FB) yang menampilkan menkeu kita yang cantik dengan wajah ceria, di artikel lain, ada juga yang mengatakan pemulihan ekonomi Indonesia, yang katanya melampaui Jepang, Korea, dll. Di artikel lain lagi ditampilkan grafik pendukung seperti ini :
Tampak menyejukan, …. Hanya saja, saya di KADIN Indonesia masih mendengar jeritan penderitaan para pengusaha yang terpukul pandemi. Dan terus terang, sebagian besar pengusaha yang saya kenal masih menjerit, terutama dari kalangan UMKM. Beberapa teman masih japri saya untuk dibantukan di carikan kerja, dan sebagainya…
Ini bukan tanda pemulihan ekonomi bagi saya. Tapi bagaimanapun data itu di release pemerintah.
What happened?
Ada 2 kemungkinan :
- Data itu palsu
- Kita memasuki fase mengerikan yang di sebut “K” Shape recovery
Mari kita abaikan no1, karena rasanya pemerintah kecil sekali melakukan itu. Kita bukan sovyet atau korea utara yang bisa seenaknya memalsukan data, dan tidak bisa dibantah.
So, apa itu K Shape recovery?
Mari kita lihat bagan di bawah ini :
Ini adalah yang disebut sebagai V shape recovery, which is, kondisi ekonomi terpuruk dan kemudian naik dan menjadi pulih. Yang mana adalah suatu yang kita semua harapkan terjadi. Dinamakan V shape, karena bentuknya huruf V. Semua berita gembira, dengan wajah ceria para pejabat di media seolah mengatakan Indonesia dalam posisi V shape ini.
Namun, tepat sehari sebelumnya, saya masih melihat ini :
Para pengusaha mengibarkan bendera putih sebagai tanda menyerah
Apakah pemerintah telah memainkan sulap Roro Jonggrang? Hingga dalam semalam keadaan bisa berbalik 180 derajat? Ataukah ada yang luput dari pengamatan kita?
Agar lebih mudah di pahami, grafik itu menaik karena ekonomi meningkat, yang dikarenakan GDP meningkat, yang artinya dunia bisnis mampu melakukan penjualan barang dan jasa, yang rembetannya adalah mampu menyerap tenaga kerja. Namun adanya kibaran bendera putih, curhat derita UMKM binaan di KADIN Indonesia, dan keluhan-keluhan di sosial media, serta toko-toko yang tutup, sungguh tidak menggambarkan suatu pemulihan ekonomi. Atau setidaknya, saya tidak merasakan adanya perubahan.
Jadi, siapa mereka? Siapa yang berkontribusi terhadap peningkatan ini?
Jika data ini tidak palsu, maka dalam setiap sektor, ada sekelompok orang yang sangat beruntung, yang begitu beruntungnya, hingga bisa menyedot uang begitu banyak pada diri mereka melalui sektor-sektor ini. Kemungkinan mereka adalah orang yang beruntung memperoleh proyek konstruksi darurat pemerintah, penjualan obat, pengadaan barang dan jasa darurat di masa pandemi, dan lain sebagainya. Uang yang dihasilkan segelintir orang itu sangat besar sekali, karena transaksi bisnis mereka bisa berdampak pada peningkatan GDP yang selama 2 tahun ini terus menurun karena pandemi. Itu artinya uang yang sangat banyak sekali.
Sementara itu, disisi lainnya masih ada yang menggelepar sekarat di dasar jurang, bahkan terjerumus makin dalam. Saya memberanikan diri mengatakan bahwa ada banyak (yang saya duga mayoritas), masih menggelepar di dasar jurang, karena itulah yang saya lihat dan dengar di sekitar saya, dari KADIN, dan dari berita yang beredar di berbagai media, baik resmi maupun sosmed. Saya memang tidak melakukan survey resmi, tapi rasanya tidak mungkin kelompok sial itu hanya beredar di sekeliling saya.
Mirip huruf K?
Yes karena itulah namanya K shape recovery Arti gambar ini adalah saat ekonomi naik, (dan mungkin sungguh benar naik), ada orang-orang yang tertinggal. Yang terus terpuruk kebawah, makin merugi, makin bangkrut, dan semakin tidak terdengar. (untuk apa didengar, kan ekonomi sudah pulih), sementara diatas berpesta merayakan pemulihan yang istimewa. Dan yang menyedihkan, dugaan saya mereka yang terpuruk itu adalah sektor UMKM yang selama ini dianggap penunjang utama ekonomi nasional di banyak negara.
Tapi mohon jangan salah paham, saya menulis artikel ini tidak karena ingin merusak suasana pemulihan yang menggembirakan ini. Bagaimanapun, 7% peningkatan oleh segelintir orang, masih lebih baik daripada sama-sama terperosok. Tapi, mohon pada pemerintah, terutama pak Jokowi untuk tidak terlena, dan segera mengambil tindakan strategis.
Caranya?
Teknisnya saya tidak tahu, tapi bukankah ada sekelompok orang yang sangat beruntung memperoleh banyak uang dalam kwartal kedua ini? Orang yang begitu beruntungnya, sampai penerimaan mereka mampu mengangkat GDP sampai 7%.
Coba pikirkan, bagaimana caranya agar sekelompok beruntung ini membelanjakan keberuntungannya pada sektor UMKM yang terpuruk ini. Entah dengan cara menjadikan mereka supplier, memberikan sumbangan langsung, menjadikan mereka subcon, atau apapun itu, yang intinya mengalirkan uang ke bawah. Yang mana, efeknya akan mengangkat UMKM, dan yang jelas sumbangan pada GDP akan lebih banyak lagi. Ini harusnya berlaku terutama untuk mereka yang mendapat keberuntungan melalui dana APBN, seperti percepatan konstruksi fasilitas kesehatan, pengadaan obat-obatan, dan segala hal terkait. Saya yakin pemerintah memiliki power untuk memaksakan hal itu.
Siapa kelompok orang yang beruntung itu? (entah dari bisnis kesehatan, e-commerce, proyek konstruksi strategis, atau apalah itu). Terus terang saya tidak tahu, tapi saya yakin jika pemerintah menggerakan resourcesnya, pemerintah bisa mengetahui siapa mereka.
AND ONE MORE THING…
Diakhir saat saya akan menutup artikel ini, tiba-tiba notifikasi di telepon genggam saya berbunyi, dan saat saya intip itu berasal dari app saham saya, yang menyatakan pada pembukaan perdagangangan jumat kemarin, saham BUKA (Bukalapak) langsung menyentuh ARA (Auto reject atas)
Saat itu saya menyadari satu poin lagi yang bisa menyumbang GDP, yaitu peningkatan harga di pasar modal. Dan itulah yang terjadi di Amerika semenjak tahun lalu, dan bukankah itu yang terjadi di pasar modal kita semenjak awal tahun ini? Peningkatan tidak normal pada segala sektor, terutama pada saham-saham busuk?
Akanlah sangat konyol jika ternyata penyumbang 7% itu mayoritas berasal dari sumber ini. Yang artinya sesungguhnya tidak ada perbaikan, selain angka-angka di atas kertas.
AKHIR KATA
Saya sungguh mengharapkan ada peningkatan 7% itu secara riil, dan mengharapkan agar mereka yang cukup beruntung untuk mendongkrak GDP kita sebesar 7% itu dapat meneruskan keberuntungan mereka ke bawah, yang akhirnya akan mengangkat ekonomi kita lebih jauh lagi.
William Win Yang Fintech Expert, Researcher, Business Strategist, Best Selling Book Writer
KABID digitalisasi KADIN Indonesia.
Buku-buku karangan William Yang :
- Secrets of the Dragon – 11 Principle to rule the world (2013)
- Draon Slayer Strategy (2014)
- How to be a Taipan (2015)
- Investing in Digital Startup (2018)
- Taipan – Lahirnya Para Konglomerat (2019)
- Taipan – Dibawah bayang-bayang Papi (2020)
- Taipan – The Winner Takes it All (2021)
Dragon slayer trading strategy – Trading dengan akurasi nyaris 100% (2021).(DI/A)