JAKARTA, Hinews – Sebanyak 2,5 juta orang harus mengulang vaksinasi Covid-19 dari dosis pertama. Sebab, mereka masuk dalam kelompok drop out (DO), yaitu telah mendapatkan suntikan dosis pertama vaksin, tapi belum mendapatkan suntikkan kedua dalam rentang enam bulan.
Pemberian vaksinasi ulang tersebut tertuang dalam surat Kementerian Kemenkes (Kemenkes) Nomor SR.02.06/II/921/2022 mengenai pemberian vaksinasi Covid-19 bagi sasaran yang DO yang terbit pada Ahad, 13 Februari 2022. “Yang sudah divaksin pertama kali belum lengkap kemudian tidak vaksinasi kedua itu ada 2,5 juta di seluruh Indonesia. Cepat suruh ulangi lagi vaksinasinya,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers, Senin (14/2), malam.
Budi mengatakan, masyarakat harus mendapatkan proteksi vaksin secara lengkap dua dosis. Karena sebagian besar yang masuk ICU dan yang meninggal adalah mereka yang belum vaksinasi lengkap.
“Karena itu tolong didorong. Kita sekarang baru tujuh provinsi yang vaksinasinya lengkap dua dosis dan baru empat provinsi yang vaksinasi lansianya 70 persen dua dosis, yaitu Jakarta, Bali, Jogja, dan Kepri,” kata dia.
Selain itu, ada sekitar 10 juta orang yang belum mendapatkan vaksin kedua dalam waktu 3 bulan dari suntik pertama. Ia pun meminta mereka agar segera melengkapi vaksin Covid-19 agar terlindungi dengan sempurna. “Tolong segera dilengkapi vaksinasinya. Jangan tunggu-tunggu lagi, jangan pilih-pilih lagi vaksinnya, langsung disuntik,” tegasnya.
Dikutip dari republika, Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, dari 1.090 pasien yang meninggal diketahui 68 persen di antaranya belum divaksinasi lengkap. Vaksinasi lengkap dua dosis menjadi salah satu upaya mencegah pasien untuk penderita gejala berat hingga risiko kematian akibat terinfeksi Covid-19.
“Dari data 1090 pasien yang meninggal hingga Ahad (13/2), 68 persen di antaranya belum divaksinasi lengkap, 76 persen usianya lebih dari 45 tahun, 49 persen masuk golongan lanjut usia, dan 48 persen memiliki komorbid.
Kembali kami mengimbau masyarakat, termasuk anak-anak dan kelompok lanjut usia, untuk segera melengkapi vaksinasi karena vaksinasi telah terbukti mampu melindungi kita dari risiko gejala berat hingga kematian akibat terpapar Covid-19. Tidak ada lagi alasan kita untuk tidak mau divaksinasi melihat data-data yang ada,” ujar Nadia, Selasa (15/2).
Apabila dibandingkan jumlah kasus meninggal di masa dominasi varian omikron dengan puncak gelombang delta 2021 lalu, perbandingan kasusnya masih sangat jauh. Pada Senin (14/2/2022) kemarin kasus meninggal harian mencapai 145 jiwa per hari. Menurut Nadia, jumlah ini jauh dibandingkan puncak Delta yang menyentuh angka 1.800 jiwa per hari.
“Untuk menekan korban akibat terinfeksi Covid-19, penguatan pelayanan kesehatan terus dilakukan selain upaya pencegahan melalui percepatan laju vaksinasi, testing dan tracing,” kata Nadia.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pengulangan vaksinasi bagi sasaran drop out itu sesuai dengan rekomendasi Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) per 11 Februari 2022. Berdasarkan laporan per tanggal 12 Februari 2022, vaksinasi Covid-19 dosis pertama mencapai 188.168.168 orang. Namun untuk dosis kedua baru sekitar 135.537.713 orang.
Untuk itu, diperlukan upaya segera melengkapi vaksinasi primer bagi masyarakat yang belum mendapatkan dosis kedua. Sementara, bagi mereka yang sudah dapat vaksin pertama dalam rentang waktu kurang dari enam bulan dapat diberikan vaksin dengan platfom yang berbeda sesuai ketersediaan di masing-masing daerah. “Mengingat saat ini vaksin Sinovac yang didistribusikan jumlahnya terbatas dan diperuntukkan bagi sasaran anak usia 6-11 tahun,” kata Nadia, Selasa (15/2).
Terpisah, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof Dr Sri Rezeki Hadinegoro mengatakan, aturan untuk mengulang vaksin demi tercapainya antibodi yang maksimal. Karena, bila lebih dari 6 bulan belum mendapatkan suntikan kedua, dikhawatirkan antibodi sudah menurun.
Sri mengungkapkan, ada sekitar 15 juta orang yang belum mendapatkan suntikan kedua, padahal interval waktu dari suntikan pertama sudah lebih dari 6 bulan. Sebagian besar dari mereka pun mendapatkan suntikan pertama dengan platform vaksin Sinovac.
“Nah, untuk sekarang Sinovac itu sudah tidak bisa diberikan karena dikhususkan untuk anak-anak lantaran terbatasnya logistik yang ada,” terang Sri.
Menurut studi ITAGI, untuk vaksin primer akan terasa manfaat atau pembentukan antibodi bila platform vaksin yang diberikan sama atau homolog. Karena itu, akan lebih aman bila mengulang vaksin dari awal. Namun, untuk interval waktu bisa lebih diperpendek.
“Karena itulah lebih amannya diulang kembali untuk primernya. Kayak Astrazaneca kita berikan intervalnya diperpendek, tidak 12 pekan lagi, jadi 4 pekan sudah bisa vaksin kedua,” kata Sri. (qqdylm)