JAKARTA, Hinews – Dalam beberapa pekan belakangan ini publik dihebohkan sejumlah laporan yang diduga mengandung ujaran kebencian dan penistaan agama.
Dari mulai ucapan Dedi Mulyadi sampai pada ucapan KASAD Jendral Dudung Abdurahman, terakhir yang mencuat adalah ucapan Sang Jendral terkait menyebut .”Jika Tuhan bukan orang Arab”.
Menanggapi polemik terkait adanya pernyataan ujaran kebencian yang sempat menimbulkan keresahan di tengah masyarakat itu, pengamat militer dan pertahanan Wibisono mengatakan, seharusnya bila ada pernyataan yang memicu kegaduhan segera dilakukan mediasi.
Misalnya, dengan melakukan tabayyun terlebih dahulu, melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI) atau lembaga Agama yang dianggap mampu memediasi seperti NU atau Muhammadiyah. Karena persoalan ini rentan dipolitisir.
“Saya sangat prihatin dengan fenomena yang dikit-dikit saling lapor, bangsa ini sudah mulai kehilangan semangat membangun ukhuwah dan saling tidak menghargai perbedaan, padahal perbedaan itu Rahmat,” ujar Wibisono yang juga pembina Lembaga Pengawas Kinerja Aparatur Negara (LPKAN) Indonesia, ini, Sabtu (5/2/2022).
Terkait dengan ucapan Kasad yang sempat viral di sosial media, Wibisono menilai bahwa pernyataan itu belum tentu mengandung unsur penistaan agama. Oleh karena itu, dia menyarankan perlu adanya klarifikasi yang utuh dari yang bersangkutan, yakni Jenderal Dudung.
“Tabayyun itu kuncinya. Bangsa ini kan bangsa yang beradab mengedepankan musyawarah dan mufakat,” sarannya.
Mengenai adanya kasus lain yang sifatnya agitasi atau adu domba, dia berpandangan, persoalan itu seyogyanya dimediasi tanpa harus saling lapor ke aparat hukum.
“Karena kalau semua saling lapor bangsa kita yang rugi, karena baku hantam sendiri sesama anak bangsa,” jelasnya.
Dia pun mengatakan, jika persoalan ini terus berkembang, dikhawatirkan ada pihak-pihak yang sengaja memperkeruh keadaan.
Untuk itu, Wibisono menyarankan agar sesama anak bangsa agar saling menghargai antarasatu sama lain. Sebab, bangsa ini bisa merdeka karena bersatu dan kompromi.
Wibisono pun mengharapkan kedepannya setiap ada persoalan agar mengaedepankan dialog dan komunikasi dua arah. Sehingga masing masing pihak bisa saling memahami.
“Saya masih percaya lembaga seperti MUI mampu menyelesaikan persoalan persoalan seperti ini, disana banyak ulama yang ahli dalam agama,” pungkas Wibisono.
Senada dengan Wibisono, Ketua Umum DPP LPKAN Indonesia M. Ali Zaeni mengajak semua komponen bangsa agar bersatu-padu mengatasi persoalan pokok bangsa di tengah pandemi Covid-19 yang disusul dengan varian Omicron.
Bukan sebaliknya mempersoalkan hal-hal yang remeh temeh. Padahal, jika elit bangsa ini lebih fokus pada persoalan bangsa, lapor melapor tidak dilakukan. Sebab PR bangsa ini cukup banyak. Dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak.
“Persoalan kemiskinan dan meningkatnya angka pengangguran akibat dampak pandemi ini seharusnya manjadi bahasan utama pare elitit. Kalau berbicara agama sudah ada ahlinya. Jadi alangkah baiknya semua para tokoh bangsa tidak memunculkan isue yang sensitif,” ujar Ali.
Ali menilai, sesama anak bangsa saat ini, budaya toleransi dan perdamaian sudah tidak lagi dijunjung tinggi.
“Oleh karenanya, LPKAN mengajak semua komponen bangsa untuk bersatu dalam memyelesaikan persoalan utama bangsa ini. Di antaranya ancaman geoekonomi, geopolitik dan geostrategi. Ini semua menjadi tanggung jawab bersama,” tuturnya. **